Friday, October 5, 2012

Kayu Pulai

Kayu ini dinamekan jeme Lubai Pelawi. Duluni ade batangnye ye besak ditanah penulis diparak bakal anyar. Ukuran batang tinggi 30 Meter, berdiameter 100 cm. Duluni batang pelawi lom sangat jarang dijadikan papan oleh masyarakat. Tahun 1970 ayahanda kami duluni ngambek kayu pelawi ini, dipinggir batang ahi Lubai dijualkan ke Pelimbang. Pembelinye tukeh nei Jepang.

Pulai adalah nama pohon dengan nama botani Alstonia scholaris. pohon ini dari jenis tanaman keras yang hidup di pulau Jawa dan Sumatra. Dikenal juga dengan nama lokal pule, kayu gabus, lame, lamo dan jelutung. kualitas kayunya tidak terlalu keras dan kurang disukai untuk bahan bangunan karena kayunya mudah melengkung jika lembap, tapi banyak digunakan untuk membuat perkakas rumah tangga dari kayu dan ukiran serta patung. Pohon ini banyak digunakan untuk penghijauan karena daunnya hijau mengkilat, rimbun dan melebar ke samping sehingga memberikan kesejukan. Kulitnya digunakan untuk bahan baku obat. berkhasiat untuk mengobati penyakit radang tenggorokan dan lain-lain.

Nama : Pulai. Nama lain : Pelawi (Lubai), Pule (Jawa), Nama ilmiah : Alstonia Scholaris (L.) R.Br), Divisio : Magnoliophyta, Class : Magnoliopsida, Ordo : Gentianales, Family : Apocynaceae, Genus : Alstonia. Pohon ini banyak tumbuh liar di hutan dan ditanam di perkebunan untuk bahan baku pensil, seperti di Lubuk Linggau, Sumatera Selatan. Pulai banyak pula tumbuh di daerah Jambi, Bengkulu, Kalimantan, dan daerah lainnya. Pulai (Alstonia sp) memiliki sekitar 40 – 60 species yang tersebar di daratan tropika dan sub tropika Afrika, Amerika Tengah, Asia Bagian Selatan, Polynesia dan New South Wales, Quensland dan Australia Bagian Utara, serta beberapa species di daratan Malaisyia.
Klasifikasi Pulai
Dari banyaknya jenis Pulai (Alstonia sp) yang berjumlah sekitar 40 – 60 tersebut diantaranya A. macrophylla, A. angustiloba, A. angustifolia, A. spatulata, A. elliptica, A. oblongifolia, A. pneumatophora, A. scholaris, A. costaca dan lain-lain.

Alstonia pneumatophora 

Nama daerah dari Alstonia pneumatophora secara umum adalah Pulai Putih. Untuk daerah di wilayah Sumatera biasanya disebut dengan Basung. Pulai dari jenis ini penyebarannya banyak dijumpai di Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan. 


Ciri – Ciri Tumbuhan
Ciri dari Pulai jenis ini adalah berupa pohon besar dengan diameter mencapai 100 cm bahkan bisa lebih, dan tingginya bisa mencapai 40-50 m.Tumbuhan ini mempunyai banir serta berakar lutut, dengan batang bergalur  berwarna abu-abu sampai ke putih. Permukaan batang halus sampai bersisik, kulit bagian dalam sangat tebal dan halus, mempunyai warna orange sampai kecoklatan, granular, mempunyai getah yang sangat melimpah.
Daun yang dimiliki tumbuhan ini adalah tunggal dan tersusun secara vertikal di ujung ranting. Bentuk daun oval atau ellips (ellipticus), dengan pangkal agak lancip (cuneate), ujung bundar atau membusur (rounded), permukaan daun licin atau tidak berbulu (glabrous). Pertulangan daun sejajar, warna daun bagian bawah keputihan dengan ukuran 8 – 12 cm x 3 – 5 cm.Bunga berwarna putih, berukuran kecil di terminal; buah capsule berpasangan, panjang sekitar 25 – 30 cm, permukaan buah licin sampai kasar (glabrous sampai pubescens).

Tempat tumbuh 
Tumbuhan ini tersebar biasanya di hutan rawa gambut, dengan kondisi tanah berpasir dekat dengan pantai, hutan rawa, serta dekat dengan sungai besar.

Alstonia spatulata Blume

Jenis dari tumbuhan ini memiliki nama padanan Alstonia cuneata Wallich ex G. Don., Alstonia cochinchinensis Piere ex Pitard. Secara umum nama daerah dari jenis ini adalah Lame Bodas. Sedangkan kalau di Sumatera namanya biasa disebut dengan Pulai Gabus. Penyebarannya di Sumatera, Bangka, Jawa Barat, dan Kalimantan. 


Ciri-ciri tumbuhan
Ciri fisik tumbuhan dari jenis ini mempunyai ukuran kecil sampai dengan sedang dengan diameter bisa mencapai 75 cm dan tingginya sampai 20 – 30 m.Batang dari jenis ini berbentuk silindris, beralur, berwarna abu-abu dan halus; kulit bagian dalam berwarna kuning pucat dengan getah putih yang melimpah.
Komposisi daun tunggal, tata daun vertikal, bentuk pada bagian ujung daun bundar atau membusur besar (rounded), sedangkan pangkal daun agak lancip (cuneate) yang berhenti pada ranting. Daun muda berwarna merah, dengan ukuran daun berukuran antara 4 – 6 cm x 7 – 10 cm. Permukaan daun glabrous (licin dan tak berbulu) dengan pertulangan daun menyirip sejajar.Bunga berukuran kecil, berwarna putih, memiliki ukuran panjang sekitar antara 4 – 7 cm.Buah seperti kapsul, kondisi berpasangan, dengan ukuran panjang antara 18 – 20 cm.

Tempat tumbuh 
Pulai jenis ini tumbuh di daerah rawa atau tergenang air, di tepi aliran sungai, pada gley humus atau aluvial yang kaya pasir. Umumnya tumbuh dibawah 300 m dpl. Sering ditemukan pada hutan sekunder atau vegetasi semak belukar.

Alstonia scholaris (L.) R. Br.

Memiliki nama sinonim dengan Echites scholaris L., Echites pala Ham., Tabernaemontana alternitifolia Burn. Nama daerahnya secara umum adalah Pulai Gading. Tersebar luas di Asia Pasifik mulai India dan Sri Lanka sampai daratan Asia Tenggara dan China Selatan, seluruh Malaysia hingga Australia Utara dan Kepulauan Solomon. Di Indonesia sendiri tersebar luas terutama Sumatera, Kalimantan dan Jawa Barat.
Ciri-ciri tumbuhan

Ciri – ciri dari pohon ini memiliki tinggi bisa mencapai lebih dari 40 m. Batang pohon tua beralur sangat jelas, sayatan berwarna krem dan banyak mengeluarkan getah berwarna putih.
Daun tersusun melingkar berbentuk lonjong atau elip. Panjang bunga lebih dari 1 cm, berwarna krem atau hijau, pada percabangan, panjang runjung bunga lebih dar 120 cm.Buah berwarna kuning merekah, berbentuk bumbung bercuping dua, sedikit berkayu, dengan ukuran panjang antara 15 – 32 cm, berisi banyak benih.

Tempat tumbuh
Toleran terhadap berbagai macam tanah dan habitat, dijumpai sebagai tanaman kecil yang tumbuh di atas karang atau bagian tajuk dari hutan primer dan sekunder. Banyak dijumpai di dataran rendah/pesisir dengan curah hujan tahunan 1000-3800 mm. Juga dijumpai pada ketinggian diatas 1000 m dpl. Salah satu sifat adalah dapat tumbuh di atas tanah dangkal. Tidak tumbuhya tanaman ini pada sebaran alami yang suhunya kurang dari 8ÂșC, yang menunjukkan jenis ini tidak tahan udara dingin.

Sifat Kayu

Pulai termasuk kelompok kayu ringan dengan berat jenis bervariasi antara 0,27 – 0,49. Dari segi kekuatannya tergolong kayu kelas kuat IV-V. Dari sifat pengerjaannya, kayu pulai mudah digergaji, diserut dan dibor, baik dalam keadaan segar maupun kering. Mudah diawetkan dan dikeringkan, dengan tingkat keawetannya termasuk kelas awet V.

Pembibitan

Pembuatan bibit dapat dilakukan dengan cara generatif (biji) dan vegetatif (stek). Bibit dapat diperoleh dengan penyemaian biji didalam bedeng persemaian (bak perkecambahan) dengan media perkecambahan pasir. Setelah ± 2 bulan didalam bak perkecambahan bibit siap disapih dan dipindahkan kedalam polybag yang telah diisi media sapih. Media sapih menggunaakan tanah (top soil)+kompos. Setelah bibit mencapai 30 cm siap ditanam dilapangan. Bibit yang dibuat secara vegetatif dapat diperoleh melalui stek batang dan stek pucuk dari kebun pangkas.

Pola budidaya Pulai

  1. Tanaman Konservasi.Untuk kondisi Indonesia kini, prioritas konservasi diberikan untuk lahan kritis dan marginal. Ada banyak faktor yang menjadi nilai tambah pulai sebagai tanaman konservasi, antara lain: Termasuk tanaman perintis yang bisa tumbuh di mana saja dengan kondisi tanah marginal. Termasuk tanaman indigenous dan cepat tumbuh serta memiliki sebaran di hampir seluruh wilayah Indonesia. Kemampuannya menyimpan air, tanaman lain yang lebih populair mengemban fungsi ini adalah beringin. Mendukung konservasi hewan karena disukai oleh beberapa hewan endemik seperti badak. 
  2. Tanaman industri.Pulai termasuk tanaman dengan nilai keekonomian tinggi, sangat bagus prospeknya karena memiliki banyak kegunaan dan permintaannya cukup tinggi. Kegunaan kayu pulai dalam industri antara lain untuk pembuatan peti, korek api, hak sepatu/kelom, kerajinan (topeng, patung, golek, cenderamata dll), cetakan beton, pensil slate, dan pulp. Beberapa industri yang menggunakan kayu pulai sebagai bahan baku di antaranya industri pensil slate di Sumatera Selatan, industri kerajinan di Yogyakarta, dan kegiatan ritual di Bali. Karakteristik dari tanaman pulai yang mendukung untuk industri antara lain: Pulai darat memiliki batang yang lurus memiliki pertumbuhan cepat, dengan pertumbuhan diameter bisa mencapai 3,5 cm/tahun dan pertumbuhan tinggi 1,5 m/tahun sehingga bisa dipanen dalam 10-12 tahun dengan diameter 30-40 cm dan volume sekitar 260 m kubik (dengan jarak tanam 3×2 m) memungkinkan untuk dikombinasikan dengan tanaman lain (tumpang sari) kayunya mudah diolah (digergaji, diserut, diukir, dibor), wajar jika menjadi kayu incaran para perajin dan pengusaha furnitur. Selain itu kayunya memiliki karakteristik ringan tapi cukup kuat dan awet. 
  3. Tanaman Hias.Pulai gading (alstonia scholaris) memiliki bentuk daun mirip kamboja dan bunga warna kuning yang indah. Banyak jalan protokol ibukota dihiasi dengan pohon ini, juga beberapa halaman pusat perbelanjaan dan hotel mewah. 
  4. Tanaman obat.Sebagian besar dari tanaman ini memiliki khasiat untuk obat yang tidak hanya dipercaya oleh nenek moyang bangsa Indonesia tetapi berlaku secara internasional (terutama negara-negara di Asia). Riset secara medis juga sudah dilakukan oleh banyak lembaga.

Kegunaan dan Khasiat

  1. Khasiat dan kandungan kimia. Pohon pulai mengandung banyak getah. Getah berwarna putih, rasa getahnya sangat pahit. Rasa pahit itu didapatkan pula dari akar, kulit batang dan daunnya. Pada bagian pohon ini terdapat bahan yang sudah diketahui antara lain alkaloida berupa ditamine, ditaine, dan echi-kaoetchine. Pada kulit batang terdapat kandungan saponin, flavonoida, dan polifenol. Sedangkan untuk zat pahitnya terdapat kandungan echeretine dan echicherine.
  2. Alstonia pneumatophora Back. Kayu komersial yang disebut dengan kayu pulai ini cocok untuk : Ukiran, pembuatan peti, kayu lapis. Sedangkan getahnya bisa digunakan sebagai obat penyakit kulit dan kulitnya sendiri mengandung alkaloid untuk obat.
  3. Alstonia spatulata Blume. Manfaat dari kayu jenis Alstonia spatulata ini sama dengan jenis Alstonia pneumatophora yaitu untuk peti, papan tulis, kayu lapis, ukiran, pensil, dan perkakas rumah tangga.
  4. Alstonia scholaris (L.) R. Br.Kayunya tidak awet, hanya memungkinkan untuk konstuksi ringan di dalam ruangan, atau untuk industri pulp dan kertas, serta digunakan terutama untuk papan tulis sekolah, sehingga dinamakan scholaris.

Untuk Pengobatan

  1. Kulit kayu : mengandung alkaloida ditanin, ekitamin (ditamin), ekitanin, ekitamidin, alstonin, ekiserin, ekitin, ekitein, porfirin dan triperpen.
  2. Daun : mengandung pikrinin. Sedang-kan bunga Pulai mengandung asam ursolat dan lupeol.
  3. Kulit kayu dapat untuk mengatasi:
  4. Demam, malaria, limpa membesar, batuk berdahak, diare, disentri, kurang nafsu makan, perut kembung, sakit perut, kolik, kencing manis, tenakan darah tinggi, wasir, anemia, gangguan haid, rematik akut.
  5. Daun dapat untuk mengatasi:
  6. Borok, bisul, perempuan setelah melahirkan (nifas), beri-beri dan payudara bengkak karena bendungan ASI.
  7. Dari kandungan kimia yang terdapat didalamnya, pulai sering pula digunakan dalam pengobatan tradisional. Tanaman ini memiliki sifat antipiretik, anti malaria, antihipertensi serta anti andenergik dan melancarkan saluran darah. Penggunaan kandungan ini bisa berasal dari akar, kulit batang , daun dan getah pulai dapat dijadikan obat nyeri (di sisi dada atau karena tusukan) jika dikunyah bersama pinang dan ampasnya dibuang. Akarnya juga obat tukak didalam hidung, mengobati koreng dan borok.
  8. Kulit batang pulai bermanfaat untuk mengatasi demam, hipertensi, tonikum, ekspektorant, perut kembung, ginjal membesar, demam nifas, hemoroid dan sakit kulit. Cara penggunaanya adalah dengan merebus kulit batang pulai yang dicampur dengan bahan lainnya. Air rebusannya itu disaring dan diminum sekaligus. Penggunaan getahnya dapat pula berkhasiat untuk mengatasi koreng, borok pada hewan, bisul dan kecacingan (kremi). Untuk mengatasi penyakit tersebut, getahnya dicampurkan dengan bahan lain.
  9. Daunnya pun punya manfaat yang banyak. Dengan merebus daun pulai dan bahan lainnya bisa mengobati sifilis, beri-beri, sakit usus, cacing, disentri, diare menahun, diabetes dan malaria, jenis pulai yang sering digunakan adalah pulai waluh.

Kesimpulan

Budidaya kayu Pulai sangat menguntungkan. Kayu Pulai mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dan bekhasiat untuk pengobatan tradisional. Tanaman ini tidak sulit pemeliharaannya. Untuk di Kecamatan Lubai sangat cocok untuk ditanam sepanjang jalan lintas Batu Raja ke Prabumulih sebagai peneduh jalan, sepanjang daerah aliran sungai Lubai sebagai penahan erosi, tanah rawa-rawa yang bergambut sebagai pemanfaatan lahan tidur, lahan perkebunan karet yang kurang produktif sebagai tanaman selingan dan pada hutan muda sebagai pertanian pola polikultur.
 
Sumber : wikipedia.id.org dan sumber lainnya

No comments:

Post a Comment